Sunday, November 9, 2025
HomeHumanioraMembongkar Silsilah Keluarga Raja Keraton Solo

Membongkar Silsilah Keluarga Raja Keraton Solo

Sri Susuhunan Pakubuwono XIII wafat pada Minggu (2/11) menarik perhatian terhadap Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Raja ini terkenal karena menjaga adat dan budaya Jawa, menandai akhir dari babak panjang dalam sejarah kerajaan yang telah berdiri lebih dari dua setengah abad. Keraton Solo sendiri memiliki akar sejarah dari Kerajaan Mataram Islam, dengan lahirnya Kasunanan Surakarta dari Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Perjanjian ini mengakhiri konflik antara Pangeran Prabasuyasa (Susuhunan Pakubuwono II), Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I), dan Raden Mas Said, pembagian wilayah Mataram menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sejak saat itu, Surakarta berkembang menjadi pusat budaya Jawa dengan raja-rajanya yang bergelar Pakubuwono sebagai tradisi simbolik hingga saat ini.

Awal dinasti Pakubuwono dimulai dengan Sunan Pakubuwono I atau Pangeran Puger, yang merupakan anak Amangkurat I. Ia memimpin di Keraton Kartasura sebelum terbentuknya Keraton Surakarta. Pakubuwono I kemudian mengubah dan menambah gelarnya menjadi “Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa”, atau disingkat dengan Pakubuwono. Setelah itu, takhta turun kepada Pakubuwono II, Raden Mas Prabasuyasa, yang memindahkan pusat kerajaan dari Kartasura ke Desa Sala pada 1745, memulai berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam masa kepemimpinannya, terjadi konflik perebutan kekuasaan dengan pamannya, Pangeran Mangkubumi, yang berujung pada Perjanjian Giyanti yang membagi wilayah kekuasaan menjadi dua.

Selama masa kolonial, Keraton Solo dipimpin oleh beberapa raja seperti Pakubuwono IV, Pakubuwono V, Pakubuwono VI, dan lainnya. Mereka menghadapi tekanan dari Belanda dan VOC, serta berbagai peristiwa penting dalam sejarah Surakarta. Kemudian, masa peralihan ke Republik Indonesia ditandai dengan kepemimpinan Pakubuwono XI, XII, dan XIII, yang mengalami situasi sulit pada masa pendudukan Jepang dan peristiwa kemerdekaan Indonesia. Setelah berbagai peristiwa sejarah, Keraton Surakarta kini menghadapi masa depan dengan kepemimpinan Pakubuwono XIII yang menunjukkan komitmen untuk menjaga warisan budaya dan tradisi Jawa yang telah diwariskan selama berabad-abad. Dinasti Pakubuwono bukan hanya sekadar simbol kebangsawanan, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan budaya Jawa yang dilestarikan hingga saat ini.

Source link

RELATED ARTICLES

Terpopuler