Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah menyebabkan gejolak di pasar keuangan global, termasuk pasar aset kripto. Salah satu analis, Reku Fahmi Almuttaqin menyatakan bahwa harga Bitcoin turun menjadi 83.000 dolar AS setelah detail tarif diumumkan, meskipun sempat mengalami kenaikan saat pengumuman awal. Tekanan ini juga dirasakan oleh sektor saham AS, di mana indeks Nasdaq 100 turun 2,3 persen dan S&P 500 turun 1,7 persen setelah jam kerja.
Kebijakan tarif yang berpotensi memicu ketegangan perdagangan global, terutama dengan China dan Uni Eropa, telah mencakup berbagai negara dengan tarif yang berbeda. Indonesia, misalnya, terkena kenaikan tarif sebesar 32 persen oleh AS. Trump menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi ekonomi AS yang dianggap dirugikan oleh perdagangan yang tidak adil selama beberapa dekade.
Fahmi menyoroti potensi kebijakan tarif ini untuk memicu inflasi yang lebih tinggi dan periode suku bunga yang lebih tinggi juga. Pasar terus waspada terhadap ketidakpastian yang ada, yang membuat investor lebih berhati-hati terhadap investasi berisiko tinggi seperti aset kripto dan saham. Namun, dampak sebenarnya dari kebijakan ini masih tergantung pada perilaku konsumen dan respons sektor bisnis terhadap perubahan aturan perdagangan global.
Indonesia diharapkan bisa menyikapi gejolak pasar ini dengan cara yang bijaksana, mengambil peluang untuk membuka pasar baru dan memperluas diversifikasi ekonomi. Bagi investor, strategi seperti dollar cost averaging (DCA) bisa menjadi pilihan menarik, terutama dengan harga aset kripto dan saham sedang koreksi. Investor juga disarankan untuk memilih aset dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas terbesar saat melakukan DCA.
Fitur yang memudahkan berinvestasi ke aset kripto dan saham juga bisa dioptimalkan, seperti fitur Packs di Reku. Dengan berinvestasi dalam berbagai kripto blue chip dan ETF saham AS, investor dapat diversifikasi portofolio mereka dengan lebih mudah. Strategi ini dapat membantu investor menyesuaikan alokasi investasi sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis, sehingga investasi dapat dilakukan dengan lebih praktis dan optimal.








