Momen Lebaran di Indonesia menjadi waktu yang penting untuk menyatukan kembali hati yang mungkin sempat berjauhan. Frasa Minal aidzin wal faizin yang menjadi ucapan selamat paling tradisional di Indonesia, memiliki makna yang dalam. Ungkapan yang berasal dari bahasa Arab, diadopsi di Indonesia dan diintegrasikan dengan permintaan maaf lahir dan batin. Ini menunjukkan bagaimana Indonesia memiliki tradisi unik yang tidak hanya menandai akhir bulan Ramadan, tetapi juga memperbaiki hubungan sosial dalam masyarakat.
Sejak pertempuran Perang Badar pada tahun 624 Masehi, Idul Fitri dirayakan pertama kalinya, di mana ungkapan Minal aidzin wal faizin diyakini berasal dari syair yang berkembang dalam masa Al-Andalus. Di beberapa negara, tradisi Idul Fitri dirayakan dengan ucapan sederhana, namun di Indonesia, ada sentuhan khas yang memperkuat nilai-nilai harmoni dan kebersamaan. Permintaan maaf dalam konteks Lebaran di Indonesia bukan hanya untuk membersihkan kesalahan, tetapi juga untuk memperkuat hubungan sosial.
Ucapan Minal aidzin wal faizin menjadi lebih dari sekadar kata-kata, melainkan simbol harapan dan pembaharuan hubungan. Selain itu, tradisi saling meminta maaf di Indonesia, dianggap sebagai momen untuk mengurangi konflik dan memperkuat hubungan. Islam datang ke Indonesia dengan nilai-nilai universal, namun cara masyarakat Indonesia mengadopsi tradisinya membuatnya lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menjalankan tradisi ini, masyarakat Indonesia tidak hanya mengucapkan kata-kata, tetapi juga memiliki harapan besar bahwa hubungan yang sempat retak bisa kembali utuh. Hal ini diperbolehkan menurut fiqih, asalkan tidak mengandung dosa dan tidak bertentangan dengan syariat agama. Maka, ketika Lebaran tiba, ucapan Minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin tidak hanya menjadi tradisi, tetapi juga cara untuk mempererat hubungan sosial dan merayakan kemenangan bersama.







