Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) mengidentifikasi dua tantangan utama terkait masalah pengangguran di Indonesia. Salah satunya adalah pekerja industri yang mulai tergantikan oleh mesin karena banyak investasi yang masih padat modal ‘high-tech’, sehingga lapangan kerja tidak tercipta secara signifikan. Menurut Staf Ahli Bidang Ekonomi Ketenagakerjaan Kemnaker, Aris Wahyudi, investasi Rp1 triliun sekarang hanya dapat menciptakan 1.200 lapangan kerja, berdasarkan data 10 tahun lalu yang menciptakan 4.500 lapangan kerja. Tantangan lainnya adalah kemampuan agility dari warga dalam mencari pekerjaan dan penyesuaian teknologi serta keahlian tenaga kerja.
Aris menyebut bahwa generasi Z, yang merupakan mayoritas pencari kerja saat ini, memiliki karakteristik dan kebutuhan kerja yang berbeda dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan baik teknis maupun soft skill dengan melakukan up-skilling, re-skilling, dan pembangunan ‘one-tech’ agar lebih siap menghadapi persaingan dunia kerja.
Di sisi lain, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Nakertransgi) Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho, mengungkapkan bahwa angka pengangguran di Jakarta mencapai 338.000 orang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Dalam upaya mengatasi masalah pengangguran, DKI Jakarta telah menyelenggarakan bursa kerja dengan melibatkan 40 perusahaan yang menawarkan 1.945 lowongan pekerjaan. Harapannya, setidaknya 50% dari jumlah lowongan tersebut bisa terserap oleh pencari kerja yang hadir dalam bursa kerja tersebut.@endif








