Indonesia Airlines Group (INA) menjadi perbincangan dalam industri penerbangan Indonesia karena kesiapannya untuk segera memulai layanan. Dalam perbedaan dengan maskapai lokal lain yang lebih fokus pada penerbangan domestik, INA hadir dengan konsep premium yang menitikberatkan pada rute internasional. Diback up oleh Calypte Holding Pte. Ltd., perusahaan berbasis di Singapura dengan keberadaan di sektor energi, pertanian, dan aviasi, Indonesia Airlines didirikan oleh Iskandar Ismail, seorang pengusaha Indonesia yang berpengalaman luas di sektor energi dan keuangan. Dengan visi bisnis yang kuat dan jaringan internasional yang luas, Iskandar bertekad untuk menjadikan INA sebagai maskapai kelas dunia yang dapat bersaing di pasar penerbangan global.
Iskandar Ismail, lahir di Bireuen, Aceh pada 7 April 1983, menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Syiah Kuala (USK) di Banda Aceh. Karirnya dimulai setelah bencana tsunami di Aceh, ketika ia terlibat dalam Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias untuk membantu dalam pemulihan wilayah tersebut. Dari sana, ia pindah ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan mendapatkan pengalaman dalam kelistrikan dan energi terbarukan. Karirnya meluas ke sektor perbankan dan asuransi, yang memperluas jaringannya dalam dunia keuangan, menjadi modal penting ketika ia memulai bisnis sendiri.
Setelah berinteraksi dengan berbagai investor dan profesional di bidang energi, Iskandar memutuskan untuk keluar dari dunia perbankan dan memulai proyek kelistrikan di Indonesia pada tahun 2015. Pada tahun 2017, ia mendirikan perusahaan di sektor energi dengan modal yang dikumpulkannya dari karirnya di industri keuangan. Namun, pandemi Covid-19 menantang bisnisnya, membuatnya melihat peluang di Singapura dan mendirikan Calypte Holding Pte. Ltd. pada tahun 2022. Calypte Holding memiliki tiga sektor inti: energi, pertanian, dan aviasi, dan menjadi pemegang saham utama Indonesia Airlines sebagai bagian dari strategi ekspansi perusahaan.
Indonesia Airlines berencana untuk menjadi maskapai premium yang berfokus pada rute internasional dan memiliki rencana untuk berkantor pusat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Dengan rencana operasional menggunakan 20 pesawat modern, INA berambisi menjadi pesaing baru di industri penerbangan internasional. Namun, hingga saat ini, Indonesia Airlines masih dalam tahap rekrutmen awal, persiapan armada, dan perizinan operasional. Kementerian Perhubungan Indonesia belum menerima pengajuan izin resmi dari maskapai ini, dan proses perizinan menjadi tantangan utama yang harus diatasi sebelum INA dapat mulai beroperasi penuh.
Dengan menyandang pengalaman dan kepemimpinan Iskandar Ismail, harapan besar terletak pada Indonesia Airlines Group untuk memberikan kontribusi positif bagi industri penerbangan Indonesia secara keseluruhan dan menjadi pesaing yang mampu bersaing secara global. Melalui Calypte Holding dan Indonesia Airlines, Iskandar Ismail menunjukkan komitmennya dalam membangun bisnis yang berkelanjutan dan berupaya untuk membawa layanan penerbangan premium Indonesia ke tingkat internasional. Publik sangat menantikan langkah selanjutnya dari INA dalam mewujudkan ambisi besarnya di industri penerbangan.








